Postingan

Menampilkan postingan dari Maret 20, 2016

3 Tokoh Muhammadiyah Jatim yang Diabadikan sebagai Nama Rumah Sakit Pemerintah

Gambar
 Penulis Redaksi - Maret 24, 2016 KH Mas Mansur (x) di depan Poliklinik Muhammadiyah Surabaya di Jl Karang Tembok. Salah satu karya nyata Muhammadiyah dalam bidang Kesehatan. (foto: repro pwm jatim) PWMU.CO – Muhammadiyah sejak kelahirannya dikenal sebagai gerakan yang konsen pada dunia pendidikan dan kesehatan. Bahkan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, sudah mulai mendirikan sekolah setahun sebelum mendeklarasikan Muhammadiyah itu sendiri. Barulah setelah itu, berbagai sekolah milik Persyarikatan dengan modernisasi metode dan sarana pembelajaran tersebar ke seantero Nusantara. Pada saat bersamaan dengan menjamurnya amal usaha bidang pendidikan, Muhammadiyah juga mengembangkan amal usaha di bidang kesehatan. Bersinergi dengan berbagai kalangan, poliklinik kesehatan –yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit–, juga mulai berdiri-berderetan di bumi Indonesia. Di Jatim sendiri, hingga November 2015, tercatat amal usaha Muhammadiyah bidang Kesehatan sebanyak 72 buah, 29 di antaran

PP Muhammadiyah Terbitkan Buku Fiqh Air

Gambar
Kosmopolitanisme Muhammadiyah diantaranya diwujudkan dlm orientasi fiqh yg dikembangkan; fiqh air, fiqh kebencanaan, fiqh difabel, fiqh jurnalistik, fiqh minoritas, dst. Menggantikan fiqh yg berorientasi ritual & ibadah. PP Muhammadiyah Terbitkan Buku Fiqh Air Diposting di Maret 4, 2016 Sesuatu hal yang senantiasa perlu kita ingat adalah bahwa Allah SWT lah yang menciptakan alam semesta seisinya, dengan demikian Dia juga lah yang memiliki dan mengaturnya. Dengan menyadari hal tersebut, manusia semestinya senantiasa berpegang kepada pandangan bahwa ia merupakan bagian dari kesatuan kosmos yang tanpa batas, dan hanya menempati jagad manusia, sebuah jagad kecil (microcosmos)—atau yang secara sederhana dapat disebut bumi—yang isinya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menunjang hajat hidup dan berbagai kepentingannya. Sebagai salah satu makhluk yang menempati jagad kecil, manusia telah digariskan oleh Allah SWT untuk menjadi khalifah-Nya [di muka bumi]. Sebagai khalifah manusia, se

Pola “Muhammadiyah-Jawa” = “Teteh Melody-JKT48”: Apa Melody harus masuk IMM? (2)

Gambar
Hubungan Muhammadiyah-Jawa Melalui Muhammadiyah Jawa, A. Najib Burhani ingin menjelaskan dan menelusuri berbagai dokumen pada rentang waktu 1912 hingga 1930, yang membuktikan bahwa Muhammadiyah juga merupakan representasi dari Islam varian Jawa. Sebab selama ini, banyak kalangan—termasuk anggota Muhammadiyah—yang menganggap bahwa Nahdhatul ‘Ulama’-lah satu-satunya representasi Islam Jawa, terlihat secara kasar bahwa NU lebih dekat dengan tradisi Jawa, melalui tahlilan, slametan, dan mauludan, dibanding Muhammadiyah yang rasanya kurang memberikan apresiasi terhadap tradisi/budaya Jawa. Latar belakang penulisan buku mas Najib ini terkait dengan persoalan bahwa Muahammadiyah, yang dicirikan dengan gerakan puritan Islam, seolah-olah akan merubah semua budaya Jawa yang dianggap sinkretis. Sehingga, tidak bisa dipungkiri pandangan semacam inilah yang sekarang ini menyebar dan parahnya banyak kalangan menerima kenyataan itu taken for granted; apa adanya, tanpa kritik. Yang lebih

Pola “Muhammadiyah-Jawa” = “Teteh Melody-JKT48”: Apa perlu Melody masuk IMM? (1)

Gambar
Perbincangan mengenai Muhammadiyah tampaknya tidak akan pernah selesai dibicarakan. Mulai dari sekedar perdebatan klasik seputar permasaahan fiqhiyyah (furu’iyyah) seperti qunūth, tahlilan, dan slametan hingga penelitian akademik, dengan topic yang beragam. Sejak dahulu, Muhammadiyah memang salah satu organisasi keagamaan Islam di Indonesia yang banyak dijadikan objek penelitian, tidak hanya peneliti dalam negeri namun juga luar negri. Salah satu penelitian bercorak antropologis mengenai Muhammadiyah adalah karya dari Mitsuo Nakamura (1976) yang berjudul The Crescent Arises Over the Banyan Tree: A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town. Dalam karyanya ini, Nakamura banyak membahas mengenai hubungan Muhammadiyah dengan lokalitas budaya Jawa pada abad kedua-puluh. Kalau dari namanya, tentu saja kita bisa menebak, dari mana Eyang Nakamura berasal? Betul sekali, bukan dari Korea, tapi dari negara tempat lahirnya AKB48: Jepang. Belio ini merupakan salah s

Al-Munir dan Kyai Ahmad Dahlan

Gambar
Oleh Mu’arif Padang Panjang, 1916. Seorang ulama terkemuka dan sekaligus pengelola majalah Islam baru saja pulang dari kunjungannya ke Semenanjung Malaya (semenanjung besar di barat daya pulau Sumatera yang dipisahkan oleh selat Malaka, kini disebut Malaysia) dalam rangka memenuhi undangan dari para pembaca Al-Munir. Setahun kemudian, ia langsung mempersiapkan kunjungan berikutnya ke Pulau Jawa (1917). Ulama terkemuka itu bernama Haji Abdulkarim Amrullah atau lebih dikenal dengan sebutan Haji Rasul yang tidak lain adalah ayah kandung Buya HAMKA (Haji Abdulmalik Karim Amrullah). Dari Padang naik kapal menuju Batavia. Ia disamput oleh Dt. Tumenggung, orang Minangkabau yang menetap di Batavia. Dari Batavia menuju Bandung, bertemu Abdul Muis, orang Minang yang menjadi tokoh pergerakan nasional. Dari Bandung diteruskan ke Pekalongan, lalu ke Surabaya. Haji Rasul berkunjung ke Pulau Jawa ketika kekuatan pergerakan umat Islam semakin menggeliat di bawah bendera Syarikat Islam pimpinan H.O.S.

Visitor

Online

Related Post